Jumat, 02 Januari 2009

LANGKAH KESUKSESAN

"Saya setuju bahwa manusia memiliki potensi untuk meraih sukses yang tak terbatas. Tetapi kenyataannya, pada saat kita berusaha untuk meraih kesuksesan itu, sering kali hasilnya tidak maksimal. Saya pikir-pikir, sepertinya hal itu terjadi karena kita sering kali tidak konsisten atau terlalu cepat menyerah.

Tetapi kita menyerah bukan karena kita tidak mampu lagi untuk meneruskan perjuangan. Melainkan karena kita tergoda untuk mengikuti perasaan kita sendiri yang cenderung tidak mau susah atau tidak mau bayar harga. Maunya, cari yang instan...Nah, pertanyaan saya adalah, bagaimana kita menghadapi kencenderungan seperti ini?"

Setelah berpikir cukup keras, saya pun memberikan tiga tips seperti yang diharapkan. Salah satu dari tips tersebut saya ingat dari sebuah buku yang pernah saya baca pada tahun 1998. Buku tersebut berjudul "The Road Less Travelled," karya agung seorang Psychiatrist bernama Morgan Scott Peck. Salah satu bab dalam buku ini diberi judul "Delaying Gratification - Sacrificing Present Comfort for Future Gains." secara sederhana dapat diterjemahkan menjadi: "Menunda kesenangan/kenyaman an sesaat demi mendapatkan kesenangan/kenyaman an yang lebih besar dan lebih utuh di kemudian hari."

Tips ini dijelaskan dengan sebuah penelitian yang pernah dilakukan dengan melibatkan sejumlah anak-anak berusia sekitar 7 tahun. Anak-anak tersebut dikumpulkan dalam suatu ruangan. Di atas meja mereka masing-masing diletakkan empat buah marshmallow, makanan kecil semacam candy yang sangat disukai oleh anak-anak. Lalu sorang guru berkata kepada mereka, "Anak-anak, selama 45 menit kedepan, kalian akan menonton film bagus dan sementara itu saya akan keluar dari ruangan ini dan membiarkan kalian menonton bersama. Selama saya pergi, kalian boleh memakan habis keempat marshmallow yang ada di depan kalian. Tetapi...dengarkan baik-baik, bila di antara kalian ada yang berhasil menahan diri untuk tidak memakan marshmallow tersebut sampai saya kembali, maka saya akan menghadiahkan kepadanya lebih banyak lagi marshmallow untuk dibawa pulang."

Setelah memastikan bahwa semua anak mengerti setiap kata yang baru saja diucapkan, sang guru keluar dan membiarkan anak-anak tersebut menonton. Di setiap sudut ruangan telah dipasang sejumlah video camera untuk merekam gerak-gerik setiap anak.

Dari rekaman tersebut terlihat respon dari masing-masing anak. Ada yang satu menit setelah sang guru keluar dari ruangan, keempat marsmallow langsung disantap. Beberapa anak lain berhasil menahan diri sampai sepuluh menit, bahkan sampai tiga puluh menit, tetapi akhirnya tergoda untuk memakan satu, dua, tiga dan ada yang habis semuanya.

Tetapi ada tiga anak yang berhasil menahan diri. Mereka berhasil menunda kenikmatan sesaat demi marshmallow yang lebih banyak. Dari rekaman terlihat jelas bahwa mereka ingin sekali memakan marshmallow itu. Apalagi pada menit-menit terakhir ketika anak-anak lain memakan habis marksmallow mereka. Perjuangan yang tidak mudah bagi anak umur tujuh tahun.

Setiap kali mereka melihat marshmallow yang menari di atas meja, mereka mengalihkan mata ke layar TV. Kadang mereka menutup mata, kadang mereka menjauh dari marshmallow dan memandang ke luar jendela. Berbagai cara mereka lakukan dan pada akhirnya mereka pun berhasil.

Tiga puluh tahun kemudian, ketika anak-anak tersebut telah beranjak dewasa diselidiki bagaimana kehidupan mereka. Hasilnya sangat menarik, ternyata ketiga anak yang berhasil menahan diri untuk tidak memakan marshmallow mendapatkan nilai-nilai terbaik dari sekolah terbaik. Kehidupan sosial mereka juga baik dan mereka mencapai prestasi puncak pada pekerjaan mereka masing-masing.

Sebaliknya anak-anak yang tidak mampu menahan diri untuk makan marsmallow, rata-rata gagal dalam sekolah, terlibat pergaulan buruk dan pelanggaran hukum, beberapa masih menganggur dan beberapa lainnya tidak diketahui keberadaannya.

Penelitian ini menyimpulkan pentingnya menahan diri dan menunda kesenangan, bila kita ingin meraih kesuksesan yang lebih besar dan lebih utuh (Baca: Kesuksesan Sejati).

Setiap kita memiliki marshmallownya masing-masing. Bagi sekelompok orang marsmallow itu berupa Sex. Berapa sering kita menyaksikan orang-orang berbakat jatuh karena tidak mampu menahan nafsu sexnya? Bagi kelompok lain, marshmallow itu berupa barang-barang mahal. Tidak jarang tagihan kartu kredit membengkak karena nafsu belanja yang tidak bisa dikendalikan. Bagi para tenaga Sales, marshmallow itu bisa muncul dalam bentuk perasaan malu bila ditolak oleh calon konsumern. Tidak heran bila tenaga Sales seperti ini selalu gagal mencapai target.

Setelah saya selesai menjelaskan, peserta yang barusan bertanya terlihat manggut-manggut. Ia kemudian bercerita bahwa bagi suku/etnis Lampung Abung, khususnya di Kotabumi, istilah Delaying Gratification itu dapat diartikan dengan kata:

"Nedes." Waktu ia masih kecil orangtuanya sering mengajarkan kepadanya untuk menahan diri dan menunda kesenangan, demi kesuksesan di kemudian hari. Ia mengaku sudah lama melupakan nasihat yang sangat berharga tersebut. Menurut penjelasannya, kata nedes biasa dipakai oleh orang tua ketika menasehati anak-anaknya yang sedang menuntut ilmu: "Nedes, nak...nedes! "

Selama kita masih hidup, kita pasti akan menemui berbagai macam bentuk marshmallow ini (baca: godaan). Untuk bisa tampil sebagai pemenang, kita perlu melatih diri untuk konsisten pada visi yang sedang kita tuju. Kita harus belajar untuk tidak mudah berbelok arah. Kita perlu untuk terus mengingatkan diri, "Nedes...Nedes! Tahan Diri...Tahan Diri! Tunda Kesenangan.. .Tunda Kesenangan!"

Atau, bila marshmallow itu sangat menggoda dan terlalu sulit untuk ditolak, larilah dan jangan lagi menoleh ke belakang.... Iya, saya tahu, saya pernah mengalaminya, perkara yang satu ini memang bukan perjuangan yang mudah untuk dimenangkan. Tetapi bila kita sungguh-sungguh berusaha, dengan terus berdoa dan bersandar pada pertolongan Allah, niscaya kita akan mampu bertahan bahkan tampil sebagai pemenang. Cobalah dan buktikan sendiri.

Salam sukses untuk Anda!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar